Monday, August 14, 2006

Skeptisisme


Skeptisisme

Penglihatan kali ini berkaca pada salah satu bentuk teori idola sayah, Descartes, skeptisisme.

Pengertian skeptisisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa pengetahuan tidaklah mungkin berperan dalam beberapa wilayah penelitian. Agak sulit dimengerti? Peny sederhanakan…
Jadi skeptisisme setara dengan perkataan ini: “tidak mungkin kita dapat mengetahuinya”, pandangan yang mungkin bersifat negatif atas segala sesuatu yang kita lihat dan pelajari.

Yang ingin saya sampaikan disini yaitu, pandangan terhadap sifat skeptik ini.

Pertama, memang ada beberapa hal di dunia ini yang kita kira kita ketahui, ternyata tidak. Jadi bersifat skeptis itu tidaklah salah dalam beberapa hal, seperti yang diyakini Descartes, mengenai masalah eksistensialisme, apakah manusia yakin mengetahui kebenaran tentang keberadaan mereka di dunia ini? Tentang pikiran yang mengendalikan system pengetahuan dalam otak kita yang diinjeksikan oleh para monster jahat yang mengambil alih kehidupan manusia? Tentang bagaimana Tuhan dilibatkan dalam substansi filsafat kehidupan, sehingga semua ilmu pengetahuan riil seketika lenyap oleh adanya mukjizat?

Mungkin saja, dunia ini sangat berbeda dengan dunia yang ada dalam pikiran kita, dan yang kita kira ketahui ternyata tidak kita ketahui. Kita meyakinkan berbagai hal tentang dunia, padahal sebenarnya kita tidak tahu apa2.

Kedua, kejelekan sifat skeptis yang melekat dalam setiap pribadi lepas pribadi, yang tidak berhubungan lagi dengan ilmu yang berkaitan dengan yang transenden, tidak terjamah. Seperti hal-hal yang disebutkan di atas. Contoh: kehidupan social dan psikologi. Kadang saya menemukan banyaknya orang-orang skeptis terhadap kehidupan mereka yang notabene lebih nyata daripada hal-hal berbau relativitas dan transenden. Misal: kasus ujian akhir semester, banyak mahasiswa yang berpandangan skeptis terhadap dirinya sendiri tentang soal ujian,dll. Lalu kasus seputar masalah cinta, perasaan takut akan pembuktian mengenai kebenaran tentang perasaan si lawan jenis. Padahl dalam kasus-kasus ini, manusia memegang andil untuk mengetahui jawabannya. Jadi kunci bukan dipegang oleh yang tak tersentuh, melainkan oleh kekuatan diri.

Descartes mungkin menggunakan standard pengetahuan yang tinggi, namun yang perlu kita pelajari di sini adalah pandangan Descartes tampaknya mengatakan bahwa pengetahuan melibatkan kepastian, dalam arti bahwa untuk mengetahui tentang sesuatu, kita harus merasa pasti tentang sesuatu itu. Hal ini berlaku dalam system ilmu pengetahuan yang tak terbatas, mustahil, karena dia berbicara mengenai identitas diri dalam bentuk eksistensialisme yang berkepanjangan.

Namun yang saya bicarakan disini, pandangan skeptis akan lah-hal berbau sosiologi dan komunikasi kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu memang tidak dapat kita prediksi keabsahannya, tetapi sebagai manusia kita dapat berusaha untuk menaklukkan tingkat “ketidaktahuan” menjadi “mengetahui”, dengan keputusan yang kita ambil sendiri. Jangan sampai mengulang sejarah filsuf idola sayah yang memiliki kedigdayaan skeptisisme sehingga apa yang sudah ia keluarkan sebagai teori-teori filsafat yang cukup popular pun akhirnya dipertanyakan keabsahannya karena ia adalah salah satu orang yang menganut pandangan skeptis ini.


*hidup tukang kritik*

No comments: