Monday, April 24, 2006

Pertanyaan yang bahkan 4 manusia dalam diri ini tidak dapat menjawab

Sebenarnya untuk siapa kata-kata tersebut, bintang timur?
Hanya kau ciptakan atas ilusi atau imajinasi indah?
Mungkinkah kau telah mengalami itu semua?
Cinta, Benci, Amarah, Dendam, KeTuhanan akan individumu?
Ya ampyuuunn, udah beberapa edisi, masih aja, dia dia dia, mungkinsemua orang akan menganggap gila diri ini. Punguk merindu bulan kali ya? Mending punguk, kupu2 kecil dengan serpihan2 sayapnya. Bukan lagi bulan,lebih jauh lagi, bintang timur, sang venus yang selalu bersinar cerah di malam dan pagi hari. Hingga kemudian, mereka menjawab….

Sunday, April 16, 2006

Bintang Timur

Aku terpuruk………… mati oleh tatapmu.
Aku terdiam…………… beku oleh pesonamu
Aku terbakar………….. leleh oleh suaramu

Mungkinkah … dia?
Kupu-kupu kecil ini berusaha menggapai bintang timur.

Sempat bertemu dalam kejapan laju bintang jatuh, yang mempersilahkan sayap ini menumpang pada bahunya untuk sejenak bertatap dengan bintang timur.

Saat itu terasa seperti zat adiktif yang rasanya terus meminta untuk kembali. Akankah bertemu lagi untuk kedua kalinya wahai bintang timur?
Haruskah tiap kerinduan mengorbankan serpihan sayap kecilku ini?
Mungkinkah kita bertemu dalam jejak yang sama? Bukan hanya sekedar melintas, namun sejenak berjalan bersama tanpa batas? Mampukah sayap kecilku ini menahan arus udara yang bergerak dengan cepat seiring bersinarnya dirimu?

Dapatkah semua pertanyaan ini kau jawab wahai bintang timur? Atau haruskah kubertanya pada kakek waktu?

Note: Knapa bintang timur? Karena walaupun pagi menjelang ia tetap bersinar dengan terang.

Friday, April 07, 2006

samudraku

Hanyut aku dalam pelukmu
Tiada aku tanpa adamu
Hilang aku dalam leburmu
Harum aku dalam nafasmu

Peluk aku sayang,
dalam rengkuhan tak berbatas
jiwa ini kan selalu merindu walau tanpa temu

Cium aku sayang,
dalam samudra belahan jiwa
saat rasa masih menikmati hangatnya senyuman

ijinkan aku merindu, walau belum bertemu
ijinkan aku bertemu, untuk melepas rindu
ijinkan aku melihat, agar aku tahu
apakah Tuhan menciptakan kau untukku?
apakah ini semua hanya khayalan semu?

Ijinkan aku tahu, walaupun kan berakhir biru

Coming soon 080406

Monday, April 03, 2006

Jawaban Atas Segala Antonimisme Sang Jiwa

Bukan mimpi, bukan realita
Segala sesuatu yang kuperlihatkan adalah apa yang terlihat

Berjalan adalah suatu pilihan
Dan aku memilih untuk terbang

Melihat dari atas bukanlah ilusi
Melainkan perspektif yang efektif

Terbangun dari mimpi adalah realita
Namun tersadar dari realita itu apa?

Tingkat ilusi dan khayal telah terlampaui
Kini aku melayang lebih jauh dan semuanya terlihat lebih jelas
Segala sesuatu di luar mimpi dan realita kemudian memenuhi kanvas

Memandang dari sudut yang berbeda adalah jawaban
Mendengar dalam kegelapan pikiran adalah pertanyaan

Bukan mimpi, bukan realita
Segala sesuatu yang kuperlihatkan adalah apa yang kulihat

Monster Diri

Aku. Aku. Aku.

Diam hampa kumelihat
Cermin hati yang membenci
Kobaran api kedengkian
Membakar hati yang tipis

Ijinkanku menangis dalam diam
Tenggelam dalam genangan
Kuberharap peluh dan airmata
Memberikan segenap kemampuannya
Untuk ku sejenak melihat
Dalam kedamaian dunia

Kuundang kau datang, wahai wujud kedamaian
Padamkan kobaran api kebencian
Yang membakar seluruh bagian tubuh ini

Melihat dalam gelap
Mendengar dalam bising
Menangis dalam sunyi
Meratap dalam hampa

Dan lalu kubertanya.
Adakah terang dalam ruang?

Airmata. Tangis. Sunyi.

Segalanya berawal dari airmata, yang merubah semuanya menjadi buram, dunia dipenuhi keabu-abuan, segalanya menjadi tidak pasti, tidak jelas, tidak.. sempurna. Pun airmata itu.

Keabu-abuan itu menumpuk hingga menjadikan segala sesuatunya gelap, tangisan terdengar, mengiringi perjalanan airmata. Kesedihan memimpin, keraguan mendampingi, hingga arak-arakan tersebut menghilang… tibalah segala sesuatunya dalam tapak kesunyian.

Sunyi……

Sunyi yang menghampar, memastikan semuanya mendapat tempat, berdiam diri bersama, mengosongkan pikiran, dan hanya bisu yang berbicara.
Kesaktian sunyi memecah gelombang kebisingan tangis, menyibak genangan airmata. Dalam diam semua terlihat dengan jelas, hitam atau putih?
Yang jelas bukan abu-abu.


Biggest Fear

*out of record*

Perjalanan hari

Untaian panjang garis pembatas ketakutan kesedihan. Menghampar sepanjang tepian hidup, memanjang tak hentinya dalam setiap waktu yang berpacu dengan umur.
Tua.
Takutkan menjadi tua? Atau takut mejadi dewasa?
Dewasa dalam tolok ukur apa, perbuatan, pemikiran?
Saat ini tak ada yang menjawab, segalanya membisu. Dimana sang jiwa? Pikiran bertanya…
Ternyata dia menjawab…. Terlalu bising, saat ini, biarkan sunyi kembali memeluk, hingga kembali nafasku tuk menjawab. Jangan biarkan ketakutan datang merenda bentengnya.

Pengantar Senja

yang datang dan yang pergi
semua yang hilang kan berganti

yang lalu jangan biarkan berlalu
manusia hidup di atas kaki kaki memori
dapat mencapai tempat ini
merupakan tumpuan dari jutaan kenangan yang menyertai

yang kini hinggaplah asa
di dalamnya terdapat makna
menuju damai yang terasa
makin menjauh di kala haus

dan ketika semuanya berlalu, yang tersisa lalu apa?
semua yang berlalu pasti membawa menuju yang baru
saat ini yang terasa .... biasa ajah siy?!.

perjalanan ini memang belum berakhir
dalam tenang menuju takdir
hingga senja terakhir


*dalam menghirup nafas hidup* (bengek)