Saturday, July 24, 2004

Seribu Bahasa


Saat ini tak terbersit sepatah kata pun untuk menggambarkan keadaan sekitar, segalanya terlihat skeptis.

Pemahaman semesta membisu....
Mengapa disebut Seribu Bahasa?
Hanya sebesar itukah numerik dari
Komunikasi?

Lelah membisu,
Lelah mencari
Lelah membenci
Lelah menyakiti
Lelah…………………… Merasakan

Membenamkan diri dalam kepekatan ternyata tidak membantu bertemu dengan sang ego.

Ingin berdamai dengannya untuk menghilangkan kelelahan batin yang begitu berat..
Saat ini segalanya adalah tentang hati.
Terbuat dari apakah Hati ini?
Segumpal darah yang membentuk perisai-perisai otot sehingga memiliki RUPA?

Ia dapat sangat persuasif..
Ia dapat dengan mudah menggerakkan lidah untuk menjadi pelayannya.

Bagaimana jikalau kita saling menelusuri jejak-jejak pikiran yang menyimpan penuh segala identitas hati?
Bagaimana cara menghilangkan dan membuka kunci hati agar ia tidak terus menerus terkurung dalam Kebisuan,
Kebencian,
Kemarahan…..?

Kegembiraan dan Kesedihan dapat datang sekejap mata, hanya dengan penyambung seribu bahasa, segala sesuatu dapat terjadi dengan tak terduga…

Lalu dari sisi realitas manakah kita harus menggali unsur kehidupan yang membuat kita mengerti esensi hidup yang terdalam?

Terlalu banyak pertanyaan tanpa jawab, sedangkan pernyataan yang selama ini disiarkan tidak satupun memberi kepastian akan timbulnya jawaban yang berarti..

Di satu sisi, menjadi reduksionis dapat jadi menyenangkan. Seandainya pikiran ini dapat diajak bernegosiasi agar kiranya sekali-kali ia menganut paham reduksionisme, tanpa harus menjadi reduksionis itu sendiri.
Ketidakpedulian.

Monday, July 19, 2004

Saat Mentari Terbenam

Dan.... Saat ini logika menjawab.............
Untuk kesekian kali :
Segala sesuatu TIDAK ADA yang abadi!

Kebahagiaan datang sekejap mata, begitupun pergi dalam langkah ringan. Saat ini yang tersisa hanya sunyi...
Kesunyian mendalam yang sekali lagi juga bukan sesuatu yang abadi.
Kesunyian hanyalah delusi dari keabadian yang merata, terasa senyap meresap dalam setiap pembuluh nadi, sehingga setiap tetes cairan yang mengalir dalam tubuh ini pun terinfeksi ilusi yang membuat kesunyian terasa ABADI.

Mengapa kesunyian terasa begitu akrab dalam setiap sel-sel tubuh manusia?
Terkadang manusia merindukan tangis dalam kesedihannya.
Terkadang manusia menantikan amarah dalam setiap emosinya
Dan terkadang manusia merasakan ketenangan dalam kesunyian...

Ini adalah saat dimana kita merenung, melebur dalam kesenyapan.
Biarkan lidah beristirahat
Ijinkan hati berbicara,.
Diantara percakapan hati dan jiwa biarlah pikiran ini duduk dan menyaksikan yang seharusnya telah lama ia dengarkan.
Tubuh hanyalah pengantara dimana representasi setiap individu menghasilkan ilusi yang berbeda yang dibentuk oleh buah pikiran dan perasaan.

Setelah selesai...... Kembalilah ke alam nyata demi kelanjutan kisah kita yang masih panjang (homunculus berbicara)

Lalu.... ajari aku mengendalikan lidah
Ajari aku mengendalikan emosi
Ajari aku berpikir dalam menentukan langkah

Rasanya hati ini tidak percaya lagi kepada lidah, padahal lidah merupakan perwujudan jiwa.
Jiwa yang adalah keinginan daging.
Saat ini hati sedang dibutakan oleh jiwa

Pada awalnya jiwa terlahir secara murni, dengan kesucian hakikinya ia merekat bersama dengan tubuh yang dipenuhi keinginan duniawi....

Kematian adalah awal dari kelahiran[1] saat dimana jiwa kembali kepada kemurniannya.

Kebenaran sejati hanya diperoleh ketika tubuh tidak lagi mengikat dengan segala kefanaannya, maka kematian adalah jalan menuju kebenaran sejati..


[1]Dialog Socrates bersama murid-muridnya dalam buku Plato, Matinya Socrates.

Thursday, July 15, 2004

Apa Hayooo..

Hey kalian semua,
saat ini mentari kembali bersinar dengan cerah, bumi berputar 2 kali lipat kecapatan pada porosnya, burung-burung berkicau dengan riang, bahkan aku dapat mendengarkan irama jantungku yang berdegup dengan ritmis yang menggebu.

Konstan, namun lebih cepat dari biasa dan memiliki perubahan yang hmm…… cukup signifikan juga… hehe… ceritanya hatiku ini sedang kembali penuh terisi. Ibarat Hp yang di charger ulang setiap kali akan habis.

Kirakira begitulah kiranya kondisi jiwa dan pikiranku saat ini.
Dibilang terlalu bahagia hingga rasanya ingin meledak atau melambung… juga tidak.
Dibilang sedih dan ingin menyendiri juga tidak.

Yah saat ini sedang berada dalam kondisi yang melebihi sedikiiit dari stabil.
Segala sesuatu masih dapat terkendalikan. Diriku sedang senang, yah senang. Walaupun dibalik kesenangan tersebut juga terkandung kegelisahan didalamnya.
Oleh karena itu tidak dapat dikatakan kebahagiaan duniawi mutlak, namun lebih melewati sedikit dari garis hari hari biasa.