Friday, November 18, 2005

Dunia Terlelap

lalu lalu... perjalanan itu masih kelabu
mengharu biru di tepian waktu
hingga malam telan di kalbu

lalu lalu... datangnya rindu disambut sendu
menanti fajar yang menyapu debu
membawa jiwa tuk kembali baru

lalu lalu.. saat itu meraih semu
menebar asa membentang pilu
tunjuk bintang menjadi abu

Lalu lalu.. dengan sekejap ia berlalu
Meninggalkan kenangan haru
Mengubah jadi kelu yang membisu


*senyap*


Ternyata aku belum cukup dewasa untuk menghadapi dunia
Jiwa ini belum dapat beradaptasi dengan sakitnya hujaman panah atmosfir dunia.

Dunia. Dunia.
Mungkin aku harus membentuk duniaku sendiri hingga tidak tersesat di dalamnya. Merasa nyaman di dalamnya. Merasa selalu bahagia. Jikalau tangis pun tangis yang ku buat sendiri. Tapi akankan berlangsung abadi? Keabadian semu yang kubentuk dengan segenap jiwaku sendiri,

Tuesday, May 03, 2005

Sedikit Pengetahuan Mengenai Pososial



Pososial: menuju kematian sosial

Mungkin selama ini anda2 semua bingung yak, jika melihat tulisan2 sy mengenai ‘ruang pososial’. Jikalau begitu, mari sedikit saya reduksi tulisan Pak Yasraff mengenai ruang pososial ini yang merupakan bagian dari semesta posrealitas...

Pos = Melewati/melampaui/mati
Sosial = interaksi antara 2 orang atau lebih dalam dunia realita

Jadi pososial adalah kematian sosial. Yaitu dunia yang kita hadapi di era virtual ini. Pada saat 2 orang atau lebih berinteraksi melalui sebuah ruang teleconference, chat room, mailing list, maupun halaman seperti friendster ini, maka yang tercipta bukanlah ‘realitas sosial’ lagi, melainkan ‘realitas artifisial’(ruang realitas buatan/ virtual social space)

Yang terbentuk dalam ruang sosial virtual ini bukanlah realitas sosial, melainkan semacam simulasi sosial, sebuah relasi sosial yang tidak tercipta secara alamiah di sebuah teritorial yang nyata, akan tetapi sebuah teritorial halusinasi, yang terbentuk dari bit-bit informasi.

Chatting di internet adalah sebuah simulasi sosial, karena komunitas yang diciptakannya disatukan bukan oleh sebuah ruang sosial yang mengikuti “hukum alam”, melainkan ruang sosial yang mengikuti “hukum informasi”.

“Kematian Sosial” adalah kondisi ketika kesadaran manusia diserap oleh “ruang-waktu virtual” ini, sehingga tidak tersisa lagi untuk “ruang-waktu alamiah”.

Jadi ‘ruang pososial’ adalah sebuah ruang sosial yang di dalamnya segala bentuk aktivitas sosial telah melampaui aktivitas yang ‘natural’, yang kini diambil alih oleh wujud ‘artifisial/virtualnya’. Nah, ruang-ruang pososial ini telah menciptakan komunitas baru yang disebut “komunitas virtual”. Yah friendster ini misalnya, telah menciptakan “ruang imajiner” atau “maya” yang di dalamnya setiap orang dapat “bertemu” dengan cara baru, yaitu cara ‘artifisial’ atau ‘virtual’ dalam sebuah “komunitas imajiner”. Tidak dapat disangkal, bahwa kita telah menjadi bagian dari komunitas imajiner ini, termasuk saya.

Tapi tentunya dalam perjalanan menuju lorong kematian sosial, kita dapat memilih untuk melebarkan pandangan, agar tidak tersesat untuk terlibat sepenuhnya dalam dunia artifisial yang mengaburkan wujud identitas natural.

Saat anda2 semua membaca ini, anda pun telah resmi menjadi atau menyadari sebagai pengembara ruang pososial....

Tuesday, March 15, 2005

Perjalanan Menuju Metamorfosis



Tiba-tiba dunia berpaling
Menarik kembali rasa bahagianya
Dan meninggalkan dalam biduk kelam

Tibalah pada suatu titik, yang tidak layak disebut bifurkasi, karena toh tidak mengkristal, dimana pikiran ini mulai terkontaminasi dengan yang namanya kejenuhan.

Rasanya alam imajinasi tidak lagi memberi inspirasi atas apa yang raga ini kerjakan demi melangsungkan sisi kreativitas.

Tiba-tiba stagnan terasa dalam proses menuju sebuah mahakarya.

Akankah terjebak dalam likunya jalan yang membuat diri ini tersesat dalam suatu kepenatan karena tiba-tiba tersadar ternyata pikiran ini hanya berjalan di tempat dalam waktu yang lama?

iiiiihhhh.. aku harus dapat melakukan manuver kuantum, mencoba meloncat dari sistem biner, sehingga dapat meningkatkan level dunia imajinasiku untuk terus berkarya.
Tapi gimana caranya yak? Aduh ribet deh. Kadang2 iri sama mas ropiq yang dengan mudah meloncat-loncat indah dari satu sistem ke sistem lain tanpa terjebak arusnya, manusia “quantum manuverism”.

Yah yah... diri ini sering sekali terjebak dalam sistem biner yang mengikat dalam suatu bentuk abstrak yang berpola(dapat disebut abstrak karena tidak terlihat struktur yang jelas namun ternyata memiliki pola yang mempengaruhi jalan pikiran), sehingga tanpa sadar pola itu yang mengisi jaring-jaring pikiran yang kemudian mengkontaminasi alam imajinasi.

Lalu... jrengjrengjrengjreng....
jadilah sebuah bentuk plagiarisme.
Dan jadilah diri ini seorang plagiat amatir, yang tanpa sadar telah merunut pola-pola sistem yang telah terlihat sebelumnya.

Melanggar hukumkah? Atau melanggar hati nurani? Aaahhhh... gimana donk?

Gimana caranya berkarya sebagai simulakrum sejati(“being its own pure simulacrum”, kata Baudrillard), adakah orang seperti itu? Padahal kata Salvador Dali ”jika seseorang tidak pernah meniru apapun, maka ia tidak akan pernah menghasilkan sesuatu”, dan saya, sebagai seorang yang turut “mengaku” sebagai surealis seharusnya turut serta bukan atas apa yang dikatakan oleh sang surealis sejati tersebut?
Sedangkan ia sendiri pun dengan penuh keyakinan mengatakan mengikuti teknik iluminasi Jan Vermeer Van Deflt, demi untuk mengenangnya pada lukisan “The Ghost of Vermeer Van Delft which can be used as a table”, karena toh Dali salah satu penggemar Vermeer.
Jadi intinya, plagiarisme diperbolehkan begitu?

Yah, lalu apa kabar dengan simulakrum sejati? Plato dan Aristoteles pun sampai bisa menelurkan “Mimesis” yang merupakan cikal bakal “Plagiarisme”, cuman yang dibahas Plato yah plagiarisme atas segala bentuk yang diciptakan Tuhan, bahkan “ide” sekalipun yang masih di kepala kemudian dituangkan dalam sebuah karya disebut plagiat, soalnya dia bilang “ide” itu juga berasal dari Tuhan. Itu sih keterlaluan yak? Si Plato ini belajar dari gurunya yaitu Socrates yang pantes aja waktu itu dihukum mati suruh minum racun, karena dikira telah meracuni pikiran muda-mudi romawi waktu itu. Tapi konkritkah jika seseorang harus mati demi idealisme dan pola piker yang bertentangan dengan arus?
Edannya dia malah menganggap kematian itu suatu jalan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang lebih konkret, jadi yah dia meninggal dengan pikiran yang bahagia, sebagai filsuf sejati, begitu katanya.

Sebagai desainer saya hanya sanggup berharap atas apa yang saya kerjakan bukanlah dilandasi niat plagiarisme, namun berasal dari hati nurani yang tulus lus, dan dapat menjelajah alam imajinasi lebih dalam lagi, supaya terbebas dari ilusi dan khayal.

Semoga dapat berkarya lebih maksimal, waduh… mohon bimbingan mas ropiq di ruang kreatip, dan dimaklumkan atas segala keterbatasan yang kumiliki…

terimakasih telah membaca sedikit catatan kecil yang tadinya ingin berjalan sebagai sebuah prosa, dan tiba-tiba ia bermetamorfosis menjadi.....

Thursday, January 27, 2005

Kurasa...rasa.. rasa apa yah? Coklat, Strawberry, atau vanilla?

catatan setelah selesai ujian..

Dan saat ini kurasa, penantian yang membahagiakan...
Sebanyak butiran hujan yang jatuh,
Sejumlah butiran pasir yang tersapu,

Dan saat ini kuraa.. kehangatan yang meresap, kekal nan abadi. Kebekuan jiwa yang mengkistal, kini meneruskan hidupnya dalam kehangatan senja.

Dan saat ini kurasa... buih-buih cinta tergenang dalam lembutnya buaian.
Merasuk dalam jiwa yang kelam.

Dan saat ini kurasa... tiada yang dapat memisahkan kita, duhai jiwa yang selalu merindukan kedamaian. Pengelana cinta dalam ladang tak bertepi, kini telah kembali.
Dan saat ini kurasa.... sudah saatnya kita kembali melebur, mengenang kembali kepingan yang hancur.

Karena mereka...mereka telah menikmati kebahagiaan abadi, yang tidak sempat dirasakan ketika atap jiwa menurunkan pondasinya.

Dan saat ini kurasa.... bahagia. Bahagia yang tak tertahan. Kebahagiaan sejati yang diputuskan oleh setiap atom yang bergerak dalam tubuh ini.

Dan saat ini kurasa....nyaman

Monday, January 24, 2005

Catatan Di Pagi Buta Untuk Seseorang Disana...siapapun dia

Diantara berjuta langit malam yang dilihat berjuta pasang mata.

Kuyakin disana ada seseorang yang memandang langit yang sama.

Dan saat ini kutermenung, akankah dalam naungan bintang ini kita bertemu wahai pangeran?

Permadani malam yang merentangkan sayapnya untuk disaksikan seluruh mata, apakah sama langit yang kusaksikan dengan penglihatanmu ?

Hitamnya malam, samakah dengan yang kau rasa ?
Birunya langit, seperti inikah yang kau lihat ?
Harumnya hujan, begitukah yang kau cium?

Diantara berjuta rintik hujan yang turun, saat ini kutermenung, akankah seseorang disana menghirup harum yang kurasakan?

Lalu saat ini kutersadar, kita, berada dalam langit, bulan, bintang dan rintik hujan yang sama.
Dimanakah engkau wahai pangeran?
Memetik bintang tuk kau tanam?
Menelusuri hujan tuk kau genggam?
Atau memanggil awan tuk pergi ke bulan?

Semoga suatu saat dibawah langit yang sama, kau akan menemukanku yang sedang merangkai butiran hujan untuk dapat pergi bersama ke bulan.

Hari ini tentang kebahagiaan



Kebahagiaan.. kebahagiaan.

Setiap manusia dan seluruh mahluk hidup di dunia ini mencari kebahagiaan. Dengan kekayaan, ketenaran dan popularitas daaann berbagai macam cara.

Hari ini di tengah pagi buta ini setelah bergulat dengan seekor kecoa yang menyebalkan, kutemukan makna kebahagiaan yang selama ini begitu diinginkan.

“Kebahagiaan itu tidak dapat dicari maupun ditunggu kedatangannya”
“Kebahagiaan ditentukan oleh pribadi masing-masing”

Kitalah yang menentukan saat-saat kebahagiaan.
Sebagai contoh, cobalah berkata pada diri sendiri, hari ini aku ingin bahagia tidak?
Jika jawabnya ya, maka kita akan temukan sendiri rasa bahagia tersebut.

Tengoklah sekitar, diantara segala kekurangan yang ada dalam diri kita, entah bokek, gendut, gak lulus mata kuliah, dan lain sebagainya, masih banyak sekali yang lebih menderita, kekurangan makan, kehilangan keluarga, terkena banyak penyakit, dsb.

Dengan begitu kita patut merasa bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan, dan dengan begitu kita akan dapat lebih merasa bahagia dengan berbagai keadaan yang ada dalam diri kita.

cukup mudah tho merasa bahagia?
Sekali-sekali kita pun harus melihat kebawah dalam perjalanan kita menuju keatas.
Semoga lebih berbahagia.